Artikel ini adalah salah satu kisah nyata yang saya temui beberapa bulan yang lalu. Dengan cerita ini mudah-mudahan ada banyak manfaat bagi kita, agar lebih berhati-hati dalam segala hal. Secara khusus mudah-mudah, bagi mereka yang sedang menggandrungi Jessica Method (bagi yang belum tahu silahkan browsing, Jessica Method), cerita ini menjadi bahan perenungan. Apa yang kita cari dalam hidup ini selain keberkahan hidup. Cukuplah Al Qur’an dan sunnah sebagai panduan jalan hidup.
Suatu saat seorang ibu menghubungi saya, untuk meruqyah anaknya. Usia SMA, perempuan. Keluhannya adalah si anak cenderung menyendiri, menjauhi lingkungan dan teman-temannya, dia seperti lebih asyik dengan dunianya sendiri. Kelebihan anak ini adalah, dia nampak dewasa dalam komunikasi, lebih bisa diatur, sholat tepat waktu tanpa pelu disuruh, juga rajin sholat malam. Nyaris tanpa ada masalah yang mengkhawatirkan seorang ibu. Hanya 1 persoalan, dia lebih banyak menghabiskan wktu di kamar.
“Kenapa bisa begitu bu?” Tanya saya.
“Dia punya teman imajiner pak.” Jawab ibu.
“Dari mana?” tanya saya.
“Entahlah, mereka datang menemui anak saya, dan bersahabat sampai sekarang, mungkin sudah beberap tahun, persisnya kapan, mereka ada dengan sendirinya.”terang si ibu.
“Mereka? Lebih dari satu maksudnya? gimana wujudnya”, tanya saya penasaran.
“iya pak, 8 orang, wujudnya cantik dan cakep, karena wujud mereka sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anak saya, masing-masing ada namanya. Anak saya juga yang kasih nama dan bentuk tersebut”. Jawab ibu itu.
Saya jadi ingat Jessica Method,dalam metode ini sosok imajiner tersebut bisa dimunculkan bentuknya sesuai keinginan kita, para praktisi jessica method mengatakan, sosok imajiner tersebut bisa menjadi artis siapapun, bisa menjadi teman ngobrol kita,bisa kita panggil kapanpun dan membantu kita sesuai perintah kita, sosok imajiner tersebut bukan jin tetapi alam bawah sadar yang dimunculkan secara visual. Entahlah, argumen nya banyak, silahkan browsing. bahkan bisa kita minta memijat tubuh kita kalo kita lelah..katanya.
Kembali ke cerita….
Kemudian ibu tersebut menunjukkan sebuah gambar. Kartun Anime Manga Jepang. Di gambar tersebut ada beberapa 8 tokoh kartun.
“Ini wajah teman-teman imajiner anak saya pak”. Terang ibu itu sambil menyebutkan nama mereka satu per satu.
“Siapa yang menggambar?” tanya saya.
“anak saya pak”, dia pinter melukis kartun dan dia buat kartun Anime ini untuk teman-teman imajinernya, anak saya minta mereka berwujud seperti ini.
“Anak ibu tahu wujud asli mereka sebelum menjadi seperti di kartun ini”, tanya saya.
“Sepertinya tidak pak, karena mereka muncul hanya dengan wujud seperti ini. Kami juga tidak pernah tahu, teman imajiner itu apa benar ada atau tidak, apakah hanya imajinasi otak kita atau bagaimana”. Jawab ibu itu.
‘Mereka jin, bu. Ga ada yang lain. Jika teman imajiner benar-benar dibolehkan maka syariat ini jadi rusak Bu.”
Beberapa saat kemudian…ruqyah…
Dalam ruqyah tersebut, saya ulang berkali kali kalimat bahwa mereka harus meninggalkan keluarga dan anak ini. Persahabat seperti ini melanggar ketentuan syariat. Nabi dan para sahabat tidak bersahabat dengan jin. Kekhususan hanya terjadi pada Nabi Sulaiman, dan Al Quran mengatakan hnya untuk Nabi Sulaiman. Kalian bukanlah teman imajinernya, kalian adalah jin. Jika kalian ingin bersahabat dengan anak ini, maka pergilah karena keberadaan kalian justru akan menyengsarakan hidupnya.Kurang lebih kalimat seperti itu yang saya ulang-ulang.
Si anak menangis……….
“kenapa mba?” tanya saya.
“mereka baik, mereka mau pergi tapi saya larang, mereka baik pak”. Jawabnya.
“Mba, jika mereka baik mereka tidak akan melakukan kebohongan ini, mereka menyembunyikan wujud asli mereka sesuai imajinasi mba sendiri. Mereka tidak pernah jujur, tidak mau menunjukkan wujud mereka.
Mba punya kehidupan yang berbeda dengan mereka, mereka adalah jin. Tanpa mba sadari, bagian kehidupan mba telah mereka ambil. Mba punya saudara, orang tua, teman sekolah, tapi mereka jauh dari Mba karena mba sibuk dengan teman imajiner itu, Mba lebih nyaman dengan teman imajiner itu dibandingkn dengan orang tua Mba sendiri. Bukan kah ini kedholiman? Karena mereka , mba jauh dari saudara dan orang tua mba sendiri.
Mba punya kehidupan yang berbeda, jika ada orang yang paling layak dibela dan ditemani maka Nabi lah orang nya, tetapi Nabi tidak ditemani oleh bangsa jin.”
“Mereka datang dan tinggal dikamar mba sepanjang waktu, lantas dimana batas-batas syariat agama ini. Bukankah Islam mengatur ttg aurat, ttg interaksi laki-laki dan perempuan?bagaimana jika mereka sepanjang waktu di kamar Mba dan tidur di kamar Mba? Bukankah ini merusak aturan agama?” jawab saya.
“Sebaik apapun mereka, mereka tidak pernah bisa melebihi orang tua mab sendiri, tidak pernah bisa melampaui sudara dan teman-teman mba disekolah. Sudah saatnya Mba kembali pada keluarga Mba sendiri, hiduplah dengan kehidupan yang wajar sebagaimana kami menjalani hidup ini, selayaknya manusia.”
“Jika terjadi keburukan, musibah, kesulitan apakah mereka bisa menolong mba? Sama sekali tidak. Orang tua, saudara, teman dan sahabat Mba lah yang bisa menolong, sedangkan teman imajiner itu sama sekali tidak bisa melakukan apapun. Mereka hanya bisa menghibur Mba. Maka siapakah yang lebih layak untuk diutamakan? Berpisahlah dengan teman-teman imajiner itu dan kembalilah pada hidup mba yang sebenarnya.” T erang saya.
Dia mengangguk..
“Mba Ikhlas berpisah dengan mereka ? “tanya saya
“Iya pak” jawabnya.
“Mba ingin lihat wujud asli mereka?” tanya saya
Dia mengangguk.
“Berdoa, YA ALLOH tunjukkan wujud mereka lalu Baca basmallah kemudian tiup mereka. Basmallah saja.” Jawab saya.
Dia melakukannya…
Beberapa saat kemudian dia menutup muka dan menjerit..
Gimana wujud mereka, menakutkan??? Tanya saya, dia diam, hanya mengangguk.
Mba siap berpisah dengan mereka?, biar saya yang bicara ke mereka.
Kemudian…
“pergilah dari hidup anak ini selama-lamanya, kalian punya hidup yang berbeda dengannya, kami tidak pernah mencampuri urusan kalian dan jangan campuri urusan dan hidup kami.” Kata saya waktu itu.
“Mereka menjauh pak”. Jawabnya.
“Tinggalkan anak ini, jangan datang lagi.” Bentak saya.
Anak tersebut menangis dan mengatakan,” sedih, mereka pamit dan menghilang”..
“Apa rasanya sekarang”, tanya saya.
“Sepi.”, jawabnya singkat.
“Alhamdulillah, coba konsentrasi lagi, kita cek ulang apakah masih ada.” Jawab saya.
Kemudian ruqyah dilanjut sebentar dan Alhamdulillah tidak ada tanda-tanda keberadaan jin.
Beberapa hari kemudian, ibu nya memberi tahu bahwa ada perkembangan baik dalam keseharian anak tersebut. Alhamdulillah…
Jin datang sesuai dengan apa yang terlintas dalam batin kita. Sosok imajinasi adalah perpaduan antara kerja otak dan jin. Oleh karenanya sangat sulit bagi kita untuk melihat benar dan salah jika kita hanya berpijak pada fungsi kerja otak dan mengabaikan panduan syariat. Dalam ilmu psikologi terapan, celah ini mungkin perlu dicermati. Jangan pernah meninggalkan Al Qur’an dan Sunnah serta penjelasan para ulama untuk memahami jiwa.
Wassalam
Semoga bermanfaat.
Sumber : kisahruqyah.blogspot.com
0 komentar