Pengertian Wirausaha
wirausaha adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi.
Ciri Ciri Wirausaha
Seseorang yang berjiwa wirausaha harus mampu membuat kekuatan sendiri menjadi lebih produktif sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain. Untuk mendapatkan hasil yang baik, seorang wirausaha mampu menggunakan kekuatan yang ada, baik rekan sekerja, atasan, kekuatan bawahan, dan kekuatan sendiri serta lingkungan kerja.
Oleh karenanya seorang wirausaha harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.Mempunyai keberanian untuk mengambil risiko dalam menjalankan usahanya, untuk mengejar keuntungan yang merupakan imbalan dari karyanya.
2.Mempunyai daya kreasi, imajinasi dan kemampuan yang sangat tinggi untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.
3.Mempunyai semangat dan kemauan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.
4.Selalu mengutamakan efisiensi dan penghematan biaya.
5.Mempunyai kemampuan untuk menarik bawahan dan rekan usaha yang mempunyai kemampuan tinggi.
6.Mempunyai cara analisis yang tepat, sistematis, dan metodologis.
7.Tidak konsumtif, selalu menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh, baik untuk keperluan usaha yang sudah ada atau menanamkannya pada usaha-usaha yang baru.
8.Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memanfaatkan kesempatan yang ada, dengan membawa teknik-teknik baru dan mengorganisasi usaha-usahanya secara efektif dan efisien.
Contoh Kesuksesan Seorang Kewirausahaan
1. Bob Sadino
Almarhum Bob Sadino barangkali adalah pengusaha paling nyentrik yang kita kenal di Indonesia.
Mendiang Bambang Mustari Sadino alias Bob Sadino adalah salah satu contoh pengusaha sukses yang sebelumnya pontang-panting ketika merintis bisnis. Sempat menjadi karyawan perusahaan berstatus badan usaha milik negara selama 9 tahun, Bob memutuskan keluar dari pekerjaan itu dan menjadi pengusaha.
Tapi usahanya tak langsung sukses. Bisnis sewa mobil yang ditekuninya mandek. Dia terlibat kecelakaan ketika menyopiri mobil Mercedes-Benz yang dia sewakan, sehingga tak bisa melanjutkan usaha itu.
Bob kemudian menjadi buruh bangunan dengan upah harian. Tapi saat itu dia melihat ceruk bisnis lain: peternakan ayam. Akhirnya, dengan modal pinjaman dari tetangganya yang merupakan purnawirawan militer yang tertarik dengan bisnis peternakan, Bob memulai usaha berdagang telur negeri.
Bob memasarkan sendiri telurnya dari rumah ke rumah para ekspatriat di sekitar tempat tinggalnya di Kemang, Jakarta Selatan. Akhirnya, berkat keuletannya, usahanya sukses dan dia mendirikan Kem-Chicks, supermarket terkenal yang menjual beragam produk pertanian dan peternakan.
Tapi usahanya tak langsung sukses. Bisnis sewa mobil yang ditekuninya mandek. Dia terlibat kecelakaan ketika menyopiri mobil Mercedes-Benz yang dia sewakan, sehingga tak bisa melanjutkan usaha itu.
Bob kemudian menjadi buruh bangunan dengan upah harian. Tapi saat itu dia melihat ceruk bisnis lain: peternakan ayam. Akhirnya, dengan modal pinjaman dari tetangganya yang merupakan purnawirawan militer yang tertarik dengan bisnis peternakan, Bob memulai usaha berdagang telur negeri.
Bob memasarkan sendiri telurnya dari rumah ke rumah para ekspatriat di sekitar tempat tinggalnya di Kemang, Jakarta Selatan. Akhirnya, berkat keuletannya, usahanya sukses dan dia mendirikan Kem-Chicks, supermarket terkenal yang menjual beragam produk pertanian dan peternakan.
2. Gibran Rakabuming
Anak Presiden RI Jokowi aja mengandalkan pinjaman ke bank untuk mengembangkan usaha kateringnya, masak Anda enggak?
Nama Gibran Rakabuming melejit setelah ayahnya, Joko Widodo, menjadi Gubernur DKI Jakarta dan kemudian Presiden Indonesia. Jokowi merupakan pebisnis mebel, tapi Gibran tak mau menebeng bisnis itu. Dia malah ngotot mendirikan usaha sendiri di bidang katering dan wedding organizer.
Namun kengototannya berbuah manis. Dia memulai bisnisnya dengan mencari pinjaman dari bank, sebab ayahnya ingin dia mandiri. Dari tujuh proposal permohonan yang dikirim ke bank, hanya satu yang tembus.
Dari modal itulah dia membangun Chili Pari. Mulanya dia hanya melayani pesanan dalam jumlah kecil. Namun kemudian dia mulai menangani order besar dengan jumlah tamu hingga ribuan orang.
Saat ayahnya menjabat Wali Kota Solo, dia tak mau melayani order dari pemerintah setempat karena khawatir dianggap bermain mata. Kini, setelah ayahnya hijrah ke Jakarta sebagai presiden, Gibran lebih leluasa menjalankan bisnisnya yang semakin meningkat.
Namun kengototannya berbuah manis. Dia memulai bisnisnya dengan mencari pinjaman dari bank, sebab ayahnya ingin dia mandiri. Dari tujuh proposal permohonan yang dikirim ke bank, hanya satu yang tembus.
Dari modal itulah dia membangun Chili Pari. Mulanya dia hanya melayani pesanan dalam jumlah kecil. Namun kemudian dia mulai menangani order besar dengan jumlah tamu hingga ribuan orang.
Saat ayahnya menjabat Wali Kota Solo, dia tak mau melayani order dari pemerintah setempat karena khawatir dianggap bermain mata. Kini, setelah ayahnya hijrah ke Jakarta sebagai presiden, Gibran lebih leluasa menjalankan bisnisnya yang semakin meningkat.
3. Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti adalah pengusaha yang nyentrik dan tegas. Kesuksesannya merintis bisnis dari nol di bidang perikanan dan penerbangan membuatnya dianggap layak menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan di era pemerintahan Joko-Widodo-Jusuf Kalla.
Susi hanya mengantongi ijazah SMP lantaran drop out saat SMA. Dia lebih memilih berbisnis sebagai pedagang pengepul ikan di Pangandaran ketimbang sekolah. Perhiasannya dia jual untuk memodali bisnis itu.
Bisnis perikanan Susi kian maju dari tahun ke tahun. Akhirnya, dengan meminjam dari bank, dia membeli sebuah pesawat untuk mempermudah pengangkutan produk lautnya. Kemudian dia menambah satu demi satu pesawat dan mendirikan maskapai Susi Air yang melayani carteran serta rute di pedalaman.
Susi hanya mengantongi ijazah SMP lantaran drop out saat SMA. Dia lebih memilih berbisnis sebagai pedagang pengepul ikan di Pangandaran ketimbang sekolah. Perhiasannya dia jual untuk memodali bisnis itu.
Bisnis perikanan Susi kian maju dari tahun ke tahun. Akhirnya, dengan meminjam dari bank, dia membeli sebuah pesawat untuk mempermudah pengangkutan produk lautnya. Kemudian dia menambah satu demi satu pesawat dan mendirikan maskapai Susi Air yang melayani carteran serta rute di pedalaman.
4. Sunny Kamengmau
Sunny Kamengmau sukses menciptakan tas Robita yang digemari di Jepang.
Sunny Kamengmau adalah pria asal Nusa Tenggara Timur yang sukses menciptakan dan memasarkan tas merek Robita. Tas ini sangat populer di Jepang, bahkan di kalangan sosialita kelas atas di sana.
Sunny tak pernah lulus SMA. Bermodal nekat, dia pergi ke Bali untuk menjadi tukang sapu di sebuah hotel. Karena kinerjanya bagus, dia lalu diangkat menjadi satpam.
Selama bekerja di hotel itu, dia tekun belajar bahasa Inggris dan Jepang. Bahkan gaji pertamanya dia sisihkan sebagian untuk membeli kamus bahasa asing itu.
Pekerjaannya di hotel itu kemudian mempertemukannya dengan pengusaha asal Jepang yang memintanya memasok tas kulit ke Negeri Matahari Terbit itu. Namun usahanya tidak ujug-ujug sukses. Bahkan dia sempat nyaris kehilangan semua penjahit tas karena usahanya tak maju-maju.
Pelan tapi pasti, dia memperkokoh usahanya hingga mampu merekrut 100 karyawan. Tasnya amat digemari kalangan jetset di Jepang. Tak hanya di Jepang, Sunny pun menargetkan menguasai pasar tas berkualitas di Indonesia.
5. Reza Nurhilman
Reza, pengusaha muda yang sukses dengan keripik maicih-nya
Reza Nurhilman adalah pemuda di balik populernya “keripik setan” Maicih. Berpikir out of the box, Reza memulai bisnis keripik singkong super pedas ini sendirian pada usia 23 tahun. Dia mendirikan UKM ini dengan menggandeng produsen keripik lokal di Bandung.
Bermodal awal Rp 15 juta, Reza memasarkan produknya dari mulut ke mulut dan memanfaatkan situs jejaring sosial Twitter. Dia lalu menerapkan pola keagenan yang disebutnya “jenderal” untuk lebih dapat menjangkau konsumen.
Kesuksesan Maicih bahkan menginspirasi orang lain untuk membuat produk serupa. Ada yang mengambil singkong sebagai bahan baku. Ada pula yang mengambil bahan lain untuk dijadikan keripik, seperti ubi.
Yang menakjubkan, pengusaha keripik-keripik pedas itu rata-rata berusia muda, dan sukses. Mungkin mereka terinspirasi kreatifitas Reza dalam memasarkan Maicih hingga ke luar kota.
Itulah 5 kisah pebisnis sukses yang memulai usaha dari nol. Ya, ketiadaaan modal adalah masalah bagi mereka, tapi mereka mampu mengatasi masalah itu dengan jalan masing-masing. Siapkah kamu bergabung dengan kelompok wirausaha UKM sukses ini?. Atau masih terkendala dengan modal?
Bermodal awal Rp 15 juta, Reza memasarkan produknya dari mulut ke mulut dan memanfaatkan situs jejaring sosial Twitter. Dia lalu menerapkan pola keagenan yang disebutnya “jenderal” untuk lebih dapat menjangkau konsumen.
Kesuksesan Maicih bahkan menginspirasi orang lain untuk membuat produk serupa. Ada yang mengambil singkong sebagai bahan baku. Ada pula yang mengambil bahan lain untuk dijadikan keripik, seperti ubi.
Yang menakjubkan, pengusaha keripik-keripik pedas itu rata-rata berusia muda, dan sukses. Mungkin mereka terinspirasi kreatifitas Reza dalam memasarkan Maicih hingga ke luar kota.
Itulah 5 kisah pebisnis sukses yang memulai usaha dari nol. Ya, ketiadaaan modal adalah masalah bagi mereka, tapi mereka mampu mengatasi masalah itu dengan jalan masing-masing. Siapkah kamu bergabung dengan kelompok wirausaha UKM sukses ini?. Atau masih terkendala dengan modal?
Contoh Kegagalan Seorang Wirausaha
1. Salah Membuat Konsep :
Saya memiliki teman yang punya usaha di bidang kuliner, menurut dia kokinya pintar memasak dan masakannya enak, makanan yang dijual adalah pizza, burger dan steak, tapi tidak lama kemudian usaha itu tutup, salah satu penyebabnya menurut saya adalah “salah konsep” dia memilih masakan a la “western” tetapi konsepnya di kaki lima dan lesehan, menurut saya konsep itu tidak cocok, mestinya makanan “western” dinikmati di rumah makan atau kedai dengan konsep duduk di kursi.
Ada juga teman yang punya usaha kuliner, sering buka-tutup, dengan alasan kokinya gonta ganti, sering keluar-masuk. Saran saya, untuk usaha kuliner ini jangan 100% tergantung pada koki, tapi ciptakan sistem dengan membuat resep yang baku, misalnya kalau kita buka usaha nasi goreng, mie goreng, bihun goreng, kita coba resep dengan perbandingan bumbu-bumbu tertentu, misalnya bawang merah, bawang putih, merica, garam dan lada, setelah dapat komposisi yang pas, kita tinggal pakai misalnya satu porsi nasi goreng, satu sendok makan bumbu.
Jadi walaupun gonta-ganti koki setiap hari, nasi goreng atau mie goreng kita akan tetap rasanya. Konsep usaha kuliner ini adalah, ciptakan bumbu yang standard yang bisa dikerjakan oleh siapapun.
2. Salah Membuat Deskripsi Bisnis :
Saya pernah kecewa makan di sebuah rumah makan, di depan pintu masuk rumah makan ada tulisan “mulai dari Rp. 6.000,-“ begitu duduk, lihat daftar menu, ternyata yang Rp. 6.000 itu adalah rujak buah, bukan menu masakan seperti yang saya harapkan.
Mungkin maksud si pemilik rumah makan itu cara menarik konsumen, tapi efeknya konsumen bisa kecewa, malah tidak mau kembali lagi dan yang lebih parah, mereka akan menceritakan kekecewaan mereka ke orang lain.
Warung Sederhana, apakah usaha ini benar-benar sederhana, atau mau tetap sederhana? Salah memilih nama juga bisa membuat calon konsumen akan berpikir, menunya sederhana, rasanya sederhana, pelayanannya sederhana, akhirnya usaha itu tetap selalu sederhana.
Saya memiliki teman yang punya usaha di bidang kuliner, menurut dia kokinya pintar memasak dan masakannya enak, makanan yang dijual adalah pizza, burger dan steak, tapi tidak lama kemudian usaha itu tutup, salah satu penyebabnya menurut saya adalah “salah konsep” dia memilih masakan a la “western” tetapi konsepnya di kaki lima dan lesehan, menurut saya konsep itu tidak cocok, mestinya makanan “western” dinikmati di rumah makan atau kedai dengan konsep duduk di kursi.
Ada juga teman yang punya usaha kuliner, sering buka-tutup, dengan alasan kokinya gonta ganti, sering keluar-masuk. Saran saya, untuk usaha kuliner ini jangan 100% tergantung pada koki, tapi ciptakan sistem dengan membuat resep yang baku, misalnya kalau kita buka usaha nasi goreng, mie goreng, bihun goreng, kita coba resep dengan perbandingan bumbu-bumbu tertentu, misalnya bawang merah, bawang putih, merica, garam dan lada, setelah dapat komposisi yang pas, kita tinggal pakai misalnya satu porsi nasi goreng, satu sendok makan bumbu.
Jadi walaupun gonta-ganti koki setiap hari, nasi goreng atau mie goreng kita akan tetap rasanya. Konsep usaha kuliner ini adalah, ciptakan bumbu yang standard yang bisa dikerjakan oleh siapapun.
2. Salah Membuat Deskripsi Bisnis :
Saya pernah kecewa makan di sebuah rumah makan, di depan pintu masuk rumah makan ada tulisan “mulai dari Rp. 6.000,-“ begitu duduk, lihat daftar menu, ternyata yang Rp. 6.000 itu adalah rujak buah, bukan menu masakan seperti yang saya harapkan.
Mungkin maksud si pemilik rumah makan itu cara menarik konsumen, tapi efeknya konsumen bisa kecewa, malah tidak mau kembali lagi dan yang lebih parah, mereka akan menceritakan kekecewaan mereka ke orang lain.
Warung Sederhana, apakah usaha ini benar-benar sederhana, atau mau tetap sederhana? Salah memilih nama juga bisa membuat calon konsumen akan berpikir, menunya sederhana, rasanya sederhana, pelayanannya sederhana, akhirnya usaha itu tetap selalu sederhana.
3. Salah Menganalisa Pasar :
Beberapa waktu yang lalu saya mencoba memasarkan sabun-sabun cair produksi dari Bekasi untuk saya pasarkan di Balikpapan, seperti sabun cair untuk cuci piring, cuci tangan, pengharum lantai, pengharum pakaian, pengharum toilet dan sebagainya.
Salah satu produk yaitu sabun cuci piring saya pasarkan ke rumah-rumah makan yang cukup besar, dalam pikiran saya sabun cuci piring itu (kemasan 500 ml), harganya lebih murah dari produk dengan merk terkenal, tetapi menurut konsumen harganya lebih mahal dari yang mereka beli, karena mereka beli dalam kemasan yang lebih besar, yaitu jerigen ukuran 5 liter dan 20 liter-an, sehingga harga satuan permili liternya memang lebih murah.
Akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa sabun yang saya jual tersebut bukan untuk pangsa pasar rumah-rumah makan besar, tetapi warung-warung makan atau kedai-kedai sederhana, karena mereka memang mencari sabun dengan harga yang lebih miring bila dibanding dengan harga sabun merk terkenal tetapi terjangkau dengan kantong mereka karena mereka bisa membeli untuk kemasan dengan ukuran 500ml
Beberapa waktu yang lalu saya mencoba memasarkan sabun-sabun cair produksi dari Bekasi untuk saya pasarkan di Balikpapan, seperti sabun cair untuk cuci piring, cuci tangan, pengharum lantai, pengharum pakaian, pengharum toilet dan sebagainya.
Salah satu produk yaitu sabun cuci piring saya pasarkan ke rumah-rumah makan yang cukup besar, dalam pikiran saya sabun cuci piring itu (kemasan 500 ml), harganya lebih murah dari produk dengan merk terkenal, tetapi menurut konsumen harganya lebih mahal dari yang mereka beli, karena mereka beli dalam kemasan yang lebih besar, yaitu jerigen ukuran 5 liter dan 20 liter-an, sehingga harga satuan permili liternya memang lebih murah.
Akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa sabun yang saya jual tersebut bukan untuk pangsa pasar rumah-rumah makan besar, tetapi warung-warung makan atau kedai-kedai sederhana, karena mereka memang mencari sabun dengan harga yang lebih miring bila dibanding dengan harga sabun merk terkenal tetapi terjangkau dengan kantong mereka karena mereka bisa membeli untuk kemasan dengan ukuran 500ml
4. Salah Menentukan Produk Barang atau Jasa :
Sekitar 10 tahun yang lalu, saya punya 2 sahabat yang berbeda profesi, yang satu seorang sales dari dealer mobil baru, dan seorang lagi sales dari sebuah showroom mobil-mobil bekas, mereka iri satu dengan yang lain, ingin bertukar tempat, karena melihat hasil yang didapat dari temennya kelihatan gampang, tapi ketika mereka bertukar tempat, mereka sama-sama tidak maksimal.
Di Balikpapan pernah ada 2 rumah makan yang berjualan gudeg khas jogja, tetapi usaha itu tidak bertahan lama, sedangkan masakan lain yang sama-sama dari jawa bisa bertahan lama seperti soto ayam lamongan, pecel madiun, rawon surabaya, ayam goreng bandung, konsumen memang unik ya?
5. Salah Memilih Lokasi :
Tahun 2008 saya mempunyai ide membuat Warung Kopi Nusantara, saya buat di garasi rumah, rumah saya tidak jauh dari terminal bis, kira-kira 500 meter, tapi posisi jalan rayanya menurun dan rumah saya tidak langsung di tepi jalan raya, tetapi ada jalan lingkungan yang sejajar dengan jalan raya, hal ini menyulitkan calon konsumen untuk parkir dan kalau akan ke warung saya harus masuk ke jalan lingkungan, dalam hitungan bulan warung itu tutup.
Seorang teman membuka sebuah stand bakso di sebuah food court sebuah mall, saya amati pengunjung mall sangat sedikit begitu juga dengan pengunjung foodcourtnya, benar tidak lama hanya beberapa bulan saja, dia tutup usahanya.
Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan seorang branch manager sebuah produk sepatu merk terkenal, kami ngobrol di sebuah mall di Balikpapan. Saya tanya “bagaimana cara Bapak menentukan lokasi untuk toko sepatu Bapak di sebuah Mall?” Apakah memerlukan survey yang “njlimet”?
Beliau menjawab “Simple saja Mas Goen, tinggal saya lihat apakah di mall ini ada Pizza, Fried Chicken, Donat dan warung kopi merk terkenal” jika ya, maka saya juga berani menjual sepatu saya yang memang merk terkenal, he he he.
Saya juga pernah ngobrol dengan seorang pengusaha muda yang berusaha di bidang aksesoris wanita di Samarinda. Kami bertemu dalam sebuah mobil travel dalam perjalanan Samarinda-Balikpapan, kami ngobrol, kebetulan dia akan melakukan survey untuk toko barunya di kota Manado dan Makassar.
Saya tanya bagaimana melakukan surveynya? apakah lama dan memerlukan biaya yang besar?. Dia menjawab “Simple Mas Goen, saya nongkrong seharian di mall, saya amati pengunjungnya, dan saya dekati tukang parkir, saya kasih sebungkus rokok, ajak ngobrol dan dengan sedikit uang, dia akan memberi data berapa uang yang biasa dia dapat, dari data itu bisa diperkirakan jumlah sepeda motor dan mobil yang masuk ke mall.
Banyak faktor dalam kegagalan usaha, salah satunya dalam memilih lokasi, sebelum memilih lokasi usaha, mestinya kita melakukan sebuah survey walaupun dengan cara yang sangat sederhana seperti dua contoh di atas, dengan survey sederhana tersebut, maka kita akan terhindar dari kerugian akibat salah memilih lokasi usaha kita.
0 komentar